Siti Masyithah

Dialah wanita solehah itu, yang hidup bersama sang suami dalam naungan kerajaan Fir’aun. Suaminya, Hazaqil adalah orang dekat Fir’aun. Beliau adalah suami kepada Siti Masyithah yang bekerja sebagai juru hias istana. Allah Ta’ala mengkurniakan keimanan kepada keduanya.

Pada suatu hari maka terjadilah perdebatan yang hebat antara Fir’aun dengan Hazaqil di mana Fir’aun telah menjatuhkan hukuman mati terhadap ahli sihir yang beriman kepada Nabi Musa AS. Hazaqil menetang keras terhadap hukuman yang dijatuhkan kepada mereka semua kerana mereka semuanya beriman kepada Allah SWT. Mendengar akan kata-kata Hazaqil, Fir’aun menjadi marah. Akhirnya Fir’aun mendapat tahu yang Hazaqil telah engkar kepada beliau dan kemudiannya telah dijatuhkan hukuman mati kepada Hazaqil. Hazaqil menerimanya dengan tabah dan tidak merasa gentar demi kebenaran. Hazaqil telah meninggal dunia dengan kedua-dua tangannya diikat pada pohon kurma dengan tembusan beberapa anak panah.

Sang isteri tetap bekerja di rumah Fir’aun sebagai penyisir rambut puteri – puteri Fir’aun. Ia menafkahi anak – anaknya dan memberi mereka makan sebagaimana kasih sayang seorang induk burung yang memberi makan anak – anaknya. Suatu hari…, ketika ia menyisir rambut seorang puteri Fir’aun, terjatuhlah sisir dari genggamannya.

“Bismillah.” ucapnya.

“Allah??? Kenapa bukan ayahku?” sergah sang puteri Fir’aun.

“Tidak, tetapi Allah!” Rabb-ku, Rabb-mu dan Rabb ayahmu.” jawab sang penyisir kepada puteri Fir’aun.

Namun sang puteri tidak rela apabila ada yang disembah selain ayahnya. Dan segera ia kabarkan hal itu kepada ayahnya. Fir’aun merasa heran ada orang di dalam istananya yang menyembah selainnya. Fir’aun pun memanggil sang penyisir rambut.

“Siapa rabb-mu?” tanyanya.

“Rabb-ku dan Rabb-mu adalah Allah.” jawabnya.

Dia pun menyuruhnya untuk segera murtad dari agamanya. Fir’aun kemudian mengurung dan memukuli sang penyisir, namun usaha Fir’aun tersebut tak juga membuat sang penyisir murtad. Fir’aun minta disediakan tungku/panci dari tembaga yang dipenuhi minyak lalu dibakar hingga mendidih.

Masyitah sekali lagi dipanggil oleh Fir’aun dan diberi pilihan iaitu:(i) Jika Masyitah ingin selamat bersama anak-anaknya, beliau haruslah engkar terhadap Allah SWT.(ii) Masyitah haruslah mengaku bahawa Fir’aun adalah Tuhan yang disembah. Jika tidak mengaku Fir’aun sebagai Tuhannya, Masyitah akan dimasukkan ke dalam kuali bersama anak-anaknya.Akan tetapi Masyitah tetap dengan pendiriannya yang beriman kepada Allah SWT. Kemudian Masyitah dan anak-anaknya pun terjun ke kuali yang mendidih tersebut tanpa mengeluarkan jeritan dari mulutnya.

Subhanallah…

Agungnya ketabahan wanita penyisir rambut ini…

Pada malam isra’, Nabi saw pernah melihat sebagian besar kenikmatan yang diraihnya. Maka, baginda ceritakan hal itu kepada para sahabat. Dalam riwayat al Baihaqi, baginda menuturkan…

“Ketika aku di isra’kan, terhembuslah kepadaku aroma yang harum semerbak. Akupun bertanya, “aroma apa ini?” Maka dikatakan kepadaku,” Ini adalah wanita penyisir rambut puteri Fir’aun dan anak – anaknya.”

Allahu Akbar…

Wanita itu berlelah sebentar, namun kemudian banyak bersenang – senang…

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup[1] disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka[2], bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan diantara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar.” (QS. Ali ‘Imran : 169-172)

Wanita mukminah ini telah pergi menemui Penciptanya dan kini ia telah berada di sisi Rabb-nya.

Nabi saw bersabda…

“Seandainya seorang wanita penduduk surga muncul ke hadapan penduduk bumi, niscaya teranglah antara keduanya dan ia pun akan memenuhinya dengan aroma wangi. Sungguh, kerudung yang ada di kepalanya lebih baik daripada dunia dan isinya…!” (HR. Al Bukhari dari Ans ibn Malik)

Kemudian baginda menuturkan lagi…

“Barangsiapa yang masuk surga, maka ia akan mendapatkan kenikmatan dan tidak akan pernah sengsara, pakaiannya tidak pernah usang, dan masa mudanya tidak akan sirna. Di dalam Syurga, ia memiliki apa yang tidak terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga manusia dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia. Barangsiapa masuk syurga, maka dia akan terlupa akan kesengsaraan di dunia.” (HR. Muslim)

.....................................................................................................................................................................

Maka, dari benak hati kita yang mana… kesenangan hidup dunia dan kesengsaraan azab Illahi atau kita lebih mendambakan indahnya nikmat syurga Allah walaupun hidup penuh kesulitan di bumi yang sementara ini..

Wahai akhwat, renungkanlah…

Wahai ikhwan, perhatikanlah…

Wahai diri kami yang hina ini, bersegeralah menuju kebaikan…

(Risalah Kemuliaan Muslimah Penggenggam Bara Api,Dr. Muhammad ibn ‘Abdirrahman al ‘Uraifi, Media Tarbiyah I/10-18)

0 Response to "Siti Masyithah"