Sesungguhnya kita benar-benar sang musafir...
Yang meniti sebuah perjalanan kehidupan...
Untuk pulang ke kampung halaman...
Kembali ke pangkuan penguasa alam...
Manusia...
Lupa bahawa taraf hanyalah sehina hamba...
Agaknya kita terlalu memaksakan kehendak kita...
Untuk me"realiti"kan setiap permintaan...
Setiap impian...
Dengan harapan untuk menyempurnakan sebuah kehidupan...
Di bumi fatamorgana ciptaan Tuhan...
Penantian itu adalah ujian...
Ujian yang membutuhkan kesabaran...
Yang akan dibalas dengan kenikmatan...
Bukankah ujian itu adalah kenikmatan...
Dan kenikmatan itu juga merupakan ujian...
"Suatu kenikmatan jika ditinjau dari segi kenikmatan itu sendiri merupakan
keperluan bagi manusia, serta bagi setiap makhluk yang hidup. Dan hal tersebut
tidaklah dianggap hina. Akan tetapi ia akan dianggap hina dan meninggalkan nikmat itu
adalah lebih baik serta lebih bermanfaat apabila ditinjau daripada cara mendapatkannya.
Yaitu, jika kenikmatan tersebut menyebabkan hilangnya kenikmatan
yang lebih besar dan lebih sempurna serta mengakibatkan penderitaan di mana kesannya lebih besar daripada penderitaan yang diakibatkan
jika meninggalkannya.
Maka disinilah terlihat perbezaan antara orang yang
berakal dan yang bodoh. Ketika akal mengetahui akan adanya keterpautan
di antara dua kenikmatan dan dua penderitaan yang tidak ada hubungan antara salah
satu dengan lainnya, maka ia dengan mudah meninggalkan salah satu
kenikmatan yang lebih rendah untuk mencapai kenikmatan yang lebih tinggi
serta menanggung salah satu dari penderitaan yang lebih ringan untuk
menolak penderitaan yang lebih besar."
(Ibnul Qayyim Al Jauzy)
Refleksi kembali "niat".
Hidup semata-mata untuk ummat.
"Manusia semua tidur, bila mati baru mereka terjaga."
(Saidina Ali r.a)
Maaf...
Diri yang khilaf...
Syurga itu...
Dia yang aku rindu...
Temukan aku denganMu...
Amin Ya Rabb...
Jangan tersilap langkah kembali...
0 Response to "Itu salah"
Post a Comment