"Dan (ingatlah) ketika Allah menjanjikan kepada kamu salah satu dari dua angkatan, menjadi untuk kamu (menghadapinya), sedang kamu suka kiranya (angkatan perniagaan) bukan angkatan (perang) yang mempunyai kekuatan itu yang dijadikan untuk kamu (menghadapinya). Padahal Allah menghendaki untuk menetapkan yang benar (agama Islam) dengan Kalimah-kalimahNya dan untuk membinasakan kaum yang kafir seluruhnya; |
|
—Surah Al-Anfal:7 |
Perang Badar adalah peperangan pertama antara orang Islam dan orang kafir Quraisy di mana peperangan ini di anggap penentuan antara yang hak dan batil..Peperangan ini berlaku pada 17 Ramadhan tahun ke-2 Hijrah..
Doa Nabi semasa Perang Badar
Dalam doanya baginda berkata: “Ya Allah, jika Engkau binasakan pasukan ini (Islam) Engkau tak akan disembah lagi dimuka bumi ini. Ya Allah penuhilah janjimu kepadaku. Ya Allah, berikanlah pertolonganmu”.
Baginda berdoa sambil mengangkat tangannya keatas sehingga kain serbannya terjatuh dari bahu baginda. Melihatkan akan hal ini Sayyidina Abu Bakar menenangkan hati Nabi kerana merasa kasihan melihat Nabi memperbanyakkan bermunajat kepada Allah untuk memohon pertolongan.
Suasana pada malam tercetusnya perang di Badar
Malam itu terjadi beberapa keajaiban, perasaan takut dan tertekan yang ada pada kaum Muslimin tiba-tiba hilang, pasukan Islam menikmati malam itu dengan senang dan tenang, dan akhirnya tertidur dengan puas.
Hujan pun turun, membasahi pasir padang Badar sehingga menjadi padat dan lembut apabila dipijak (pasir dalam keadaan kering, seperti pasir pantai, membuat susah berjalan).
Inilah seperti yang dijanjikan Allah dalam Al Anfaal (surat kedelapan) ayat 8:
"(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu ketenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepada kamu hujan dari langit untuk menyucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan setan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki (mu)."
Subuh hari, Abu Bakar "menganggu" ibadah Rasul karena kafir Quraish sudah semakin hampir mendekati umat Islam.
Pasukan Islam dengan segera membuat persiapan, ketika pasukan kafir Quraish sudah kelihatan jelas oleh Rasul, Rasul memanjatkan doa, "Ya Allah! Kaum kafir Quraish yang enggan untuk menyembahMu dan mendustai utusanMu sudah berada di sini. Ya Allah, kami menunggu dan megharapkan daripadaMu kemenangan yang Engkau janjikan kepadaku dan sahabat-sahabatku. Kami memohon kepadaMu, ya Allah, untuk mengalahkan mereka."
Rasulullah minta pendapat sahabat sebelum berangkat ke Badar
Sebaliknya pihak Muslimin, yang sudah kehilangan kesempatan mendapatkan harta rampasan, sudah sepakat akan bertahan terhadap musuh bila diserang.
Oleh karena itu merekapun segera berangkat ke tempat mata air di Badar itu, dan perjalanan ini lebih mudah lagi karena waktu itu hujan turun.
Setelah mereka sudah mendekati mata air, Rasulullah berhenti. Ada seseorang yang bernama Hubab bin Munzir bin Jamuh, orang yang paling mengetahui atau disifatkan sebagai seorang pakar tentang mengenal tempat itu, setelah melihat Nabi turun di tempat tersebut, dia bertanya: "Rasulullah, bagaimana pendapat tuan untuk berhenti di tempat ini? Kalau ini sudah wahyu Tuhan, kita takkan maju atau mundur setapakpun dari tempat ini. Ataukah ini sekadar pendapat tuan sendiri, suatu taktik perang belaka?"
"Sekadar pendapat saya dan sebagai taktik perang," jawab Rasulullah.
"Rasulullah," katanya lagi. "Kalau begitu, tidak tepat kita berhenti di tempat ini. Mari kita pindah sampai ke tempat mata air terdekat yang tahu tempat itu dengan penuh yakin, lalu telaga-telaga kering yang di belakang itu kita timbun setelah diambil airnya. Selanjutnya kita membuat kolam, kita isi sepenuhnya. Barulah kita hadapi mereka berperang. Kita akan mendapat air minum, mereka tidak."
Melihat saran Hubab yang begitu tepat itu, Nabi Muhammad dan rombongannya segera pula bersiap-siap dan mengikut pendapat temannya itu, sambil mengatakan kepada sahabat-sahabatnya bahawa dia juga manusia seperti mereka, dan bahawa sesuatu pendapat itu dapat dimusyawarahkan bersama-sama dan dia tidak akan menggunakan pendapat sendiri di luar mereka. Dia perlu sekali mendapat konsultasi yang baik dari sesama mereka sendiri.
Selesai kolam itu dibuat, Sa'd b. Mu'az memberikan usulnya: "Rasulullah," katanya, "kami akan membuatkan sebuah dangau buat tempat Tuan tinggal, kenderaan Tuan kami sediakan. Kemudian biarlah kami yang menghadapi musuh. Kalau Tuhan memberi kemenangan kepada kita atas musuh kita, itulah yang kita harapkan.
"Tetapi kalau pun sebaliknya yang terjadi; dengan kenderaan itu Tuan dapat menyusul teman-teman yang ada di belakang kita. Rasulullah, masih banyak sahabat-sahabat kita yang tinggal di belakang, dan cinta mereka kepada tuan tidak kurang dari cinta kami ini kepada tuan.
"Sekiranya mereka dapat menduga bahawa tuan akan dihadapkan pada perang, nescaya mereka tidak akan berpisah dari tuan. Bagi mereka Tuhan menjaga tuan. Mereka benar-benar ikhlas kepada tuan, berjuang bersama tuan."
Nabi Muhammad s.a.w sangat menghargai dan menerima baik saranan Sa'd itu. Sebuah dangau buat Nabi lalu dibangunkan. Jadi bila nanti kemenangan bukan di tangan Muslimin, ia takkan jatuh ke tangan musuh, dan masih akan dapat bergabung dengan sahabat-sahabatnya di Yathrib.
Di sini orang perlu berhenti sejenak dengan penuh kekaguman, kagum melihat kesetiaan Muslimin yang begitu dalam, rasa kecintaan mereka yang begitu besar kepada Rasulullah, serta dengan kepercayaan penuh kepada ajarannya.
Semua mereka mengetahui, bahawa kekuatan Quraish jauh lebih besar dari kekuatan mereka, jumlahnya tiga lipat ganda banyaknya. Tetapi, sungguhpun begitu, mereka sanggup menghadapi, mereka sanggup melawan.
Dan mereka inilah yang sudah kehilangan kesempatan mendapatkan harta rampasan. Tetapi sungguhpun begitu karena bukan pengaruh kebendaan itu yang mendorong mereka bertempur, mereka selalu siap disamping Nabi, memberikan dukungan, memberikan kekuatan.
Dan mereka inilah yang juga sangsi, antara harapan akan menang, dan kecemasan akan kalah. Tetapi, sungguhpun begitu, fikiran mereka selalu hendak melindungi Nabi, hendak menyelamatkannya dari tangan musuh. Mereka menyiapkan jalan baginya untuk menghubungi orang-orang yang masih tinggal di Medinah.
Suasana yang bagaimana lagi yang lebih patut dikagumi daripada ini? Iman mana lagi yang lebih menjamin akan memberikan kemenangan seperti iman yang ada ini?
Kemenangan Islam
Satu demi satu wakil musuh terkorban. Darah bersimbah di sana sini. Tak lama, berita tersebar bahwa Abu Jahal yang pernah disebut Rasulullah sebagai Firaun di tengah umat ini tewas di tangan pasukan muslimin.
Dengan terbunuhnya Abu Jahal dan beberapa pemuka Quraish di medan perang Badar menjadi pukulan hebat bagi pasukan Mekah yang akhirnya memilih untuk melarikan diri.
Dalam perang Badar, pasukan Quraish menderita kerugian tujuh puluh tewas dan tujuh puluh yang lain menjadi tawanan.
"...sesungguhnya Allah pasti menolong mereka yang menolong agamaNya..."
(Al-Hajj: 40)